Tujuan
dan Kegunaan Mempelajari Pemikiran Pendidikan Islam
Adapun tujuan dan kegunaan mempelajari pemikiran pendiidkan islam
yaitu:
a). Membangun kebiasaan berfikir ilmiah, dinamis, dan kritis terhadap
persoalan-persoalan seputar penididkan Islam.
b). Memberikan dasar berpikir inklusif terhadap ajaran Islam dan
akomodatif terhadap perkembangan Ilmu pengetahuan yang dikembangan oleh
intelektual diluar Islam.
c). Menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana ditunjukan oleh
Rasulullah SAW, dan para kaum intelektual Muslim pada abad pertama sampai abad
pertengahan terutama dalam merekonstruksi sistem pendidikan Islam yang lebih
baik.
d). Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan sistem
pendidikan nasional.
Prinsip-Prinsip Pemikiran Pendidikan Islam
a).
Prinsip Ontologis
Prinsip ini
merupakan etiket pelengkap dari metafisika tentang “ada” atau “keadaan”
sesuatu. Ontology dapat mendekati masalah tentang hakikat melalui dua
pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif, kenyataan itu tunggal atau jamak, dan
pendekatan kualitatif, mempertanyakan jenis kenyataan itu
b).
Prinsip Epistemologi
Prinsip
epistemologis merupakan suatu studi pengetahuan tentang bagaimana proses
manusia mengetahui (adanya) benda-benda serta menitik beratkan pada timbulnya
berbagai pengertian atau konsep, waktu, ruang, kualitas, kesadara, dan
keabsahan pengetahuan. Peling tidak ada 3 pendekatan epistemologis, pertama epistemology
idealism yaitu keberadaan kualitas atau obyek pengetahuan yang diserap oleh
indra, kedua epistemology realism yaitu kenyataan itu ada secara mandiri
dan tidak tergantung pada pikiran, bukan manusia tidak dapat mengubah saat
prose situ berlangsung. Ketiga epistemology dualism yaitu dalam proses
mengetahui terdapat dua hal yang terpisah, yakni keteraturan yang terdapat
dalam alam semesta dan hasil serapan indra yang terdapat dalam kesadaran.
Dalam kaitanya
dengan pemikiran pendidikan Islam, pendekatan tersebut member makna tentang
bagaimana proses internalisasi yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan sebagai sebuah kebenaran yang hakiki, dan proses yang dilakukan
harus mengandung makna tinggi sesuai dengan posisi, fungsi, dan kemampuan
peserta didik, baik secara vertikan maupun horizontal.
c).
Prinsip Aksiologi
Prinsip
aksiologi adalah studi tentang nilai, baik nilai etika (moral) maupun nilai
estetika. Pembicaraanya berkisar tentang nilai kebenaran hakiki yang menjadi
tujuan hidup manusia.[1]
Dengan penjelasa-penjelasan
diatas Iqbal mencoba merumuskan sistem pendidikan
yang merupakan sintesa dari sistem pendidikan Barat dan sistem pendidikan
Timur. Inilah yang dimaksud Iqbal dengan rekonstruksi pendidikan Islam.
Rekonstruksi
ini sedemikian rupa diberikan landasan filosofisnya oleh Iqbal, sehingga
pendidikan Islam senantiasa berusaha meningkatkan dinamika dan kreativitas manusia.
Gagasan rekonstruksi pendidikan ini dimunculkan Iqbal tidak terlepas dari
faktor sosio-historis yang mengitarinya. Wilayah kekuasaan kaum Muslim pada
waktu itu, khususnya di India, telah dipecah-belah oleh kaum penjajah yang
menyebabkan timbulnya konflik sosio-politik di antara mereka. Konflik ini pada
gilirannya memunculkan dua pandangan yang berbeda.
Pandangan
pertama bersifat akomodatif-kooperatif terhadap sistem pendidikan Barat, dan pandangan
kedua bersifat konservatif-tradisional yang anti pendidikan Barat. Pandangan
pertama diwakili oleh Ahmad Khan dan pandangan kedua diwakili oleh al-Maududi.
Menanggapi kedua pandangan yang berseberangan ini, Muhammad Iqbal memunculkan
gagasan rekonstruksi pendidikan Islam yang merupakan sintesa di antara keduanya.
Dengan demikian, pendidikan Islam dalam pandangan Iqbal merupakan pendidikan
yang bukan Barat dan bukan pula Timur,
tetapi adalah di antara keduanya.
[1] Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh
Pendidikan Islam,(AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta,2011), hlm.18-21
Jika anda tertarik atau ingin menjadi web developer, anda dapat mengunjungi blog yang saya buat :)
ReplyDeleteWeb Developer Tangerang