Guru
dan Siwa adalah Mitra Kepala Sekolah
Penggunaan School Based Management ( Manajemen
Berbasis Sekolah ) oleh Pemerintah Indonesia dalam kerangka meminimalisasi
sentralisme pendidikan mempunyai implikasi yang signifikan bagi otonomi
sekolah. Hal itu berarti sekolah diberikan keleluasaan untuk mendayagunakan
sumber daya yang ada secara efektif. Oleh karena implikasi itu maka sekali lagi
peran kepala sekolah sangat dibutuhkan untuk mengelola manusia-manusia yang ada
dalam organisasi sekolah, termasuk memiliki strategi yang tepat untuk mengelola
konflik. Kepala sekolah akan berhadapan dengan pribadi-pribadi yang berbeda
karakter. Yang penting baginya adalah mempunyai pemahaman yang tangguh akan
hakikat manusia. McGregor (1960) berasumsi bahwa manusia tidak memiliki sifat
bawaan yang tidak menyukai pekerjaan. Di bawah kondisi tertentu manusia
bersedia mencapai tujuan tanpa harus dipaksa dan ia mampu diserahi tanggung
jawab. Urgensitasnya bagi kepala sekolah adalah menerapkan gaya kepemimpinan
yang partisipatif demokratik dan memperhatikan perkembangan profesional sebagai
salah satu cara untuk memotivasi guru-guru dan para siswa. Selain itu
berlandaskan teori Maslow (1943), kepala sekolah juga disentil dengan persepsi
bahwa guru dan siswa berkemungkinan memiliki tingkat kebutuhan yang
berbeda-beda. Yang pasti mereka akan mengejar kebutuhan yang lebih tinggi yakni
interaksi, afiliasi sosial, aktualisasi diri dan kesempatan berkembang. Oleh
karena itu, mereka bersedia menerima tantangan dan bekerja lebih keras. Kiat
kepala sekolah adalah memikirkan fleksibilitas peran dan kesempatan, bukannya
otoriter dan "semau gue". Demi kelancaran semua kegiatan itu
kepala sekolah harus mengubah gaya pertemuan yang sifatnya pemberitahuan kepada
pertemuan yang sesungguhnya yakni mendengarkan apa kata mereka dan bagaimana
seharusnya mereka menindaklanjutinya.
Comments
Post a Comment