Imam Al Ghozali
Al Ghozali berkata,”Makhluk paling mulia di bumi ialah manusia, sedangkan sebagian paling mulia dari substansinya adalah kalbunya. Guru adalah orang yang sibuk menyempurnakan, memuliakan, menyucikan, dan menuntunnya untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Atas dasar itu, mengajarkan ilmu tidak hanya mengejawantahkan peranan ibadah kepada Alloh, tetapi kekhalifahan bagi Alloh. Bahkan pengajaran ilmu merupakan bentuk kekhalifahan paling nyata dari kekhalifahan, sebab Alloh telah membukakan kalbu orang alim untuk menerima ilmu yang merupakan sifat khususNya yang paling khusus. Dengan demikian, orang lain ibarat bendaharawan bagi khazanah Alloh yang paling berharga. Selanjutnya ia diizinkan untuk menafkahkansebagian dari khazanah itu kepada setiap orang yang membutuhkannya. Maka perhatikanlah, adakah kedudukan yang lebih mulia dibanding kedudukan hamba yang menjadi perantara antara Tuhan dan makhluk untuk mendekatkan diri kepada-Nya sedekat mungkin serta membimbing mereka menuju surga tempat kembali yang abadi.”
Konsep Pendidikan Al Ghozali
Pengertian pendidikan menurut al Ghozali adalah menghilangkan akhlaq yang buruk dan menanamkan akhlaq yang baik. D engan demikian, pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang progresif pada tingkah laku manusia. Dari pengertian di atas, al Ghozali menitikberatkan perilaku manusia yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga di dalam melakukan suatu proses diperlukan suatu proses yang diajarkan secara indoktrinatif atau sesuatu yang dijadikan mata pelajaran. Tujuan pendidikan menurut Al Ghozali adalah taqorrub kepada Alloh dan kesempurnaan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia & akhirat. Pandangan ini sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam. Dalam bukunya, Ihya’ Ulum al-Din al Ghozali menyatakan sebagai berikut : “Dunia adalah ladang tempat persemaian benih-benih akhirat. Dunia adalah alat yang menghubungkan seseorang dengan Alloh. Sudah barang tentu, bagi orang-orang yang menjadikan dunia hanya sebagai alat dan tempat persinggahan, bukan bagi orang yang menjadikannya sebagai tempat tinggal yang kekal dan negeri yang abadi.”
Ibnu Tufail
Nama lengkap Ibnu Tufail adalah Abu Bakar Muhammad ibn ‘Abd al Malik ibn Muhammad ibn Tufail al Qaisyi al-Andalusi. Dia memiliki gelar al-Andalusi dan al-Qurthubi. Di Barat Ibnu Tufail dikenal dengan Abubacer. Ibnu Tufail lahir di kota Wadi Ash (Guadix) pada 508 H/1110M, sebuah kota yang subur dekat Granada. Sebagai seorang keturunan suku Qaisy, suku Arab terkemuka, ia dengan mudah mendapatkan fasilitas belajar, apalagi kecintaaannya kepada buku-buku dan ilmu pengetahuan .Ibnu Tufail memulai kariernya sebagai dokter pemerintah di Granada dan menjadi dokter di Sevilla dan Cordova. Dengan popularitas kariernya sebagai dokter di propinsi Granada, Ibnu Tufail kemudian diangkat menjadi sekretaris gubernur di propinsi tersebut. Konsep epistemologi Ibnu Tufail :
1. Sumber pengetahuan
Ibnu Tufail adalah seorang filosuf muslim yang dalam hal berpikirnya terkenal dengan tokoh filsuf-iluminis (al-failasuf al-isyraqy) yaitu memadukan daya rasio dan daya intuisi manusia. Jika diperinci daya rasio adalah kemampuan manusia dalam memahami segala kebenaran secara logis, empirik dan melalui uji pengetahuan diskurtif.Jadi sumber pengetahuan menurut Ibnu Tufail, yaitu : sumber insani dan sumber ilahi.
2. Metode perolehan pengetahuan
Pertama, dengan metode yang berdasar pada rasio : (a). Komparasi, analogi, dan deduksi. Kedua, dengan metode yang berdasar pada indera. Ketiga, Dengan metode yang didasarkan pada materi.
3. Hakikat pengetahuan
Hakikat pengetahuan menurut ibnu tufail yaitu untuk mengetahui al wajib al wujud yaitu Tuhan secara terus menerus dalam kondisi manusia yang dipimpin oleh intuisi atau jiwanya.
4. Kebenaran pengetahuan
Kebenaran pengetahuan menurut ibnu tufail berasal dari rasio, pengalaman (indera), wahyu, dan intuisi yang membimbing manusia untuk mengetahui kebenaran, melalui metode amaliah dan kontemplasi dari alam materi dan imateri. Sehingga membawa kesimpulan bahwa kebenaran adalah mutlak berasal dari Alloh.
Comments
Post a Comment