Aksiologi Pendidikan Islam
Aksiologi adalah teori
tenteng nilai. Teori yang membahas tentang nilai, manfaat atau fungsi sesuatu
yang diketahui tersebut dalam hubungan dengan seluruh yang diketahui tersebut.
Dalam pendidikan, teori nilai ini terkait dengan jawaban atas pertanyaan
seperti : nilai yang bagaimanakah yang dikehendaki oleh manusia dan yang dapat
digunakan sebagai dasar hidupnya.
Kajian aksiologi dalam
sistem pendidikan islam diarahkan pada suatu perumusan nilai akhlak.
Rumusan-rumusan nilai yang dijadikan rujukan atau pedoman sikap dan prilaku.
Ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup secara
Islami, sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan
dengan nilai-nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikan
Islam.[1]
Nilai-nilai tersebut
harus dimuat dalam kurikulum pendidikan Islam, diantaranya:
a.
Mengandung petunjuk Akhlak
b.
Mengandung upaya meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia dibumi dan kebahagiaan di akherat.
c.
Mengandung usaha keras untuk meraih kehidupan
yang baik.
d.
Mengandung nilai yang dapat
memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.[2]
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan
tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup
menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Dalam surat Ad Dzariyat
ayat 56: yang artinya:
”Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.[3]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat kami simpulkan tujuan utama
pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. Dengan pendidikan
Islam, diharapkan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas,
sehingga bermanfaat bagi diri, keluaga, masyarakat, negara dan umat manusia
secara keseluruhan. Meraih kebahagiaan dunia dan akherat.
Beberapa indikator dari tercapainya tujuan pendidikan islam dapat dibagi
menjadi tiga tujuan mendasar, yaitu:
- Tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki
tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun membantu
menyelesaikan masalah orang lain yang membutuhkannya.
- Tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan
emosional, sehingga tercermin dalam kedewasaan menghadapi masalah di
kehidupannya.
- Tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu
menjalankan perintah Allah dan Rasulullah SAW. Dengan melaksanakan rukun
Islam yang lima dan mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
menjalankan shalat lima waktu, menjalankan ibadah puasa, menunaikan
zakat, dan menunaikan haji ke Baitullah.[4]
[2]
file:///D:/UIN/KAMPUS/Pendidikan dan Penelitian
Ontologi, Epestemologi & Aksiologi Filsafat Pendi, 3 Oktober 2014
Comments
Post a Comment