Kerangka berpikir Hassan Hanafi
Jika berbicara tentang kerangka berpikir seseorang tentu tidak akan lepsa dari latar belakang kehidupannya maupun Hassan Hanafi tidak dapat dipisahkan dari masa kehidupannya sejak kecil, masa kehidupan yang penuh dengan dominasi pengaruh asing menumbuhkan ketajamannya pada wilayah kajian sosial, politik maupun keagamaannya.
Dalam Dirasah Islamiyah nya Hassan Hanafi mencoba mengupas warisan keilmuan Islam klasik seperti ilmu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Ushul fiqh, yang selama dipahami hanya dari sisi teks saja, tanpa melihat bagaimana dan ada apa dengan realita yang dihadapi teks itu seharusnya diterapkan8. Realita bagi Hassan Hanafi adalah realitas masyarakat, politik dan ekonomi, realita khazanah Islam dan tantangan Barat. Untuk menganalisis realitas dan untuk memetakan semuanya, Hassan hanafi menggunakan metodologi fenomologi9. Untuk meAnalisis Sosial adalah hal pertama yang harus dilakukan untuk memperbaharui masyarakat. Menurutnya pemikiran tradisional Islam saat ini hanya bertumpu pada model “pengalihan” yang hanya memindahkan bunyi teks kepada realitas saja, seakan-akan teks-teks keagamaan adalah realitas yang dapat berbicara sendiri. Hassan Hanafi menemukan kelemahan mendasar dalam metodoologi ini yaitu:
Pertama, teks bukanlah realitas, ia adalah ekspresi linguistic yang mendiskripsikan realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Karena bukti adalah dasar fundamnetal, sehingga teks tidak bisa dijadikan bukti tanpa melihat kembali relaitasnya.
Kedua, Teks memerlukan keyakinan a priori yang kontras dengan rasio atau kontras dengan pengalaman manusia . Karena itu kebenaran pembuktian ataas teks hanya untuk orang orang yang mempercayainya .
Ketiga, teks bertumpu pada Otoritas Kitab, buka pada otoritas rasio. Otoritas kitab bukan bukti, karena ada beberapa teks yang diskralkan,sementara sisi lain ada yang dapat dirasiokan.
Keempat, teks adalah bukti dari luar yang datang dari realitas lain dan bukan dari dalam. Dalam term pembuktian, bhawa suatu bukti jika datang dari luar tentu lemah dibanding dari dalam.
Kelima, teks memerlukan interpretasi terhadap acuan realitas yang ditunjuknya, yakni peristiwa yang ditandai dengan teks.
Keenam, teks adalah unilateral, yang bertumpu pada teks lainnya yang begitu banyak.Dan tidak boleh mempercayai sebagian kitab dan mengingkari kitab yang lain. Jika tidak terjadilah kontradiksi antar teks-teks dan seorang mufasir akan jatuh pada pandangan yang parsial. Kiri Islam yang dicetuskan oleh Hassan Hanafi adalah metode pendefinisian kuantitatif dengan cara statistik, agar realitas berbicara tentang dirinya sendiri.
Oleh karena itu, pendekatan tekstual bukanlah metode ilmiah untuk menganalisis realitas kaum muslimin, melainkan hanya sebuah model apologetic11untuk memperjuangkan kepentingan suatu golongan atau sistem tertentu untuk melawan yang lain. Oleh karena itu Hassan Hanafi membuat gerakan Kiri Islam sebagai wadah dan sarana untuk mencurahkan segala potensi untuk menghadapi puncak permasalahan era kini antara lain imperialiseme, zionisme, dan kapitalisme yang merupakan ancaman eksternal dan kemiskinan, ketertindasan dan keterbelakangan umat Islam adalah ancaman internal.
Pemikiran akidah humanitarian Hanafi merupakan jeritan dan keluhan terhadap realitas yang menyakitkan. Realitas yang melukiskan masyarakat Arab dan Muslim yang kehilangan kesadaran diri, yang rancu pemikirannya, yang salah dalam memahami qadla dan qadar, tidak mampu membedakan batas-batas kehendak manusia dan kehendak ilahi. Masyarakat muslim tampak menyerah dan pasrah pada takdir karena kesalahpahaman mereka dalam memaknai takdir. Mereka mengharapkan perubahan datang dari atas, dari Allah, atau dari penguasa tanpa berupaya menciptakan perubahan yang datang dari diri sendiri.
Kiri Islam Hassan Hanafi merupakan akar pada dimensi Revolusioner dari warisan intelektual Islam Klasik. Karena itu rekontruksi, pengembangan dan pemurnian warisan khasanah intelektual klasik sangat penting dilakukan, seperti pada Ilmu tradisonal semisal ilmu al Qur’an , Hadits, Sirah, Fiqh dan Tafsir.
Comments
Post a Comment